よろしくおねがいします
Ini aslinya udah mau ditulis sejak lama, tapi sibuk mulu jadinya nggak sempet 🥹.
Jadi pada tanggal 4 Desember 2022, aku mengikuti Japanese-Language Proficiency Test (JLPT). Bisa dibilang JLPT tuh kayak TOEFL atau IELTS-nya bahasa Jepang, tapi JLPT dibagi menjadi lima tingkatan (N1, N2, N3, N4, N5) dan tidak ada porsi speaking pada tes JLPT. Tesnya sendiri dilaksanakan hanya dua kali setahun (biasanya pada bulan Juli dan Desember) dan di Indonesia sendiri hanya dilaksanakan di beberapa kota saja seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Makassar, dan lain-lain.
Awalnya aku iseng mendaftar JLPT bersama temanku (walaupun sebenarnya aku tidak terlalu passionate belajar bahasa Jepang jika dibandingkan dengan bahasa lain) karena … kenapa tidak?
-
Biayanya cukup murah.
Aku mengambil tingkat N5 pada periode Desember 2022 dan biaya tesnya hanya sekitar Rp 140.000. Jika dibandingkan dengan IELTS yang harganya sekitar Rp 3.000.000, tentu JLPT bisa dibilang worth it to try.
-
Tidak ada masa kedaluwarsa.
JLPT tidak memiliki masa kedaluwarsa. Hasil tes bahasa lain seperti TOEFL, IELTS, dan Goethe-Zertifikat hanya berlaku selama dua tahun saja. Setahuku, HSK tidak memiliki masa kedaluwarsa namun kebanyakan pihak hanya melihat hasil tes selama dua tahun ke belakang saja.
Sebenarnya ada beberapa alasan lain, tapi aku belum kepikiran untuk menuliskannya (私はオタクじゃないです >_<).
Aku dan temanku mendaftar pada hari Jumat, 16 September 2022. Hari itu merupakan hari pertama pendaftaran tes tingkat N5 di wilayah Jakarta. Kami langsung mendaftar karena takut kehabisan kuota (which we faced when we tried to register for N4, but that’s another story.). Setelah mendaftar, kami langsung membayar biaya tesnya dengan QRIS. Kami pun langsung mencoba mencari pola soal tes JLPT N5 agar kami tidak terlalu kaget saat tes nantinya.
Fast forward to 4 December 2022.